kenangan

Kangen Jogja dan Kenangan Masa Kuliah

Share this post on:

Ada sesuatu yang berbeda dari Jogja.
Kota ini tidak sekadar tempat tinggal sementara, tapi ruang kenangan yang pelan-pelan menyusup ke hati. Setiap kali nama Jogja disebut, ada rasa rindu yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Rindu yang membuat dada hangat, mata berkaca-kaca, dan pikiran melayang pada masa-masa kuliah — masa ketika hidup terasa ringan, penuh tawa, dan serba sederhana.

Bagi banyak orang, masa kuliah di Jogja bukan hanya tentang kuliah itu sendiri. Tapi tentang perjalanan menjadi dewasa. Tentang pertemanan yang tulus, perjuangan di kos sederhana, makan nasi kucing di angkringan, dan malam panjang di bawah langit Tugu sambil membicarakan masa depan yang waktu itu terasa jauh sekali.

Jogja: Kota yang Mengajarkan Kesederhanaan

Jogja itu unik. Ia mengajarkan kesederhanaan tanpa pernah terasa miskin.
Anak rantau dari berbagai daerah datang dengan mimpi besar, tapi justru belajar arti cukup dari kehidupan sehari-hari. Uang kiriman pas-pasan tak menghalangi bahagia. Satu bungkus nasi kucing seharga tiga ribu, ditemani segelas kopi panas, sudah cukup membuat malam terasa sempurna.

Kita belajar bagaimana menertawakan diri sendiri ketika uang habis di tengah bulan, bagaimana menahan lapar sambil tetap semangat mengerjakan tugas, dan bagaimana berbagi dengan teman meski sama-sama kekurangan. Di Jogja, kesederhanaan bukan sesuatu yang dipaksakan — ia menjadi budaya yang melekat dan membentuk karakter siapa pun yang pernah tinggal di sana.

Kenangan di Setiap Sudut Kota

Setiap sudut Jogja menyimpan cerita.
Ada yang masih teringat jalan kaki dari kampus ke kos sambil mampir beli gorengan di pinggir jalan. Ada yang tak bisa lupa naik motor melewati Jalan Kaliurang di sore hari, ketika angin membawa aroma tanah basah selepas hujan. Ada juga yang masih bisa membayangkan suasana Malioboro di malam hari — lampu temaram, pedagang lesehan, suara musik jalanan, dan langkah kaki yang pelan karena ingin menikmati setiap detik.

Tempat-tempat seperti Tugu Jogja, Alun-Alun Kidul, Benteng Vredeburg, dan pantai di Gunungkidul menjadi bagian dari kisah pribadi yang sulit dilupakan. Mungkin dulu semua terasa biasa, tapi setelah bertahun-tahun pergi, setiap tempat itu berubah menjadi kenangan berharga.

Persahabatan yang Tak Lekang Waktu

Kalau ditanya apa yang paling dirindukan dari masa kuliah di Jogja, sebagian besar orang akan menjawab: teman-teman.
Teman satu kos, teman satu jurusan, teman nongkrong di warung burjo — semuanya punya peran penting dalam cerita hidup kita. Mereka yang dulu menemani lembur tugas, meminjamkan motor, berbagi lauk karena uang saku menipis, atau sekadar menjadi pendengar saat hati sedang galau.

Di Jogja, pertemanan terasa jujur. Tak peduli latar belakang, semua duduk di warung yang sama, makan dengan lauk yang sama, tertawa untuk hal-hal sederhana. Kini, ketika masing-masing sudah sibuk dengan pekerjaan dan keluarga, obrolan di grup WhatsApp sering kali berakhir dengan satu kalimat:

“Kapan kita ke Jogja bareng lagi?”

Artikel lain: Dulu waktu masih di jogja cerita yang tak pernah pudar

Jogja dan Cinta yang Tertinggal

Bagi sebagian orang, Jogja juga menyimpan cerita cinta.
Ada cinta yang tumbuh di kampus, di antara tumpukan buku dan kertas tugas. Ada cinta yang bersemi di angkringan atau di jalanan selepas hujan. Dan ada pula cinta yang tak sempat tersampaikan — hanya tersimpan rapi di hati bersama kenangan masa kuliah.

Mungkin kini masing-masing sudah berpisah arah, tapi kenangan itu tetap hidup. Setiap kali mendengar lagu lama yang dulu sering diputar di kamar kos, atau melihat foto-foto di depan kampus, hati ini seperti kembali ke masa itu. Masa ketika jatuh cinta terasa sesederhana berbagi gorengan dan kopi sachet dua ribuan.

Pelajaran Hidup dari Kota yang Tenang

Jogja bukan hanya tempat kuliah, tapi juga guru kehidupan.
Ia mengajarkan bahwa bahagia tidak harus mewah, sukses tidak harus cepat, dan rumah bisa jadi tempat yang kita ciptakan sendiri — bukan sekadar alamat di KTP. Banyak yang bilang, siapa pun yang pernah tinggal di Jogja akan membawa sedikit “ruh Jogja” dalam dirinya: sabar, rendah hati, dan penuh rasa syukur.

kenangan

Jogja mengajarkan arti pulang.
Bahwa sejauh apa pun kaki melangkah, selalu ada tempat yang membuat hati tenang ketika kembali. Mungkin bukan lagi ke kampus atau kos lama, tapi sekadar duduk di angkringan sambil menikmati teh panas dan memandangi lalu-lalang orang yang kini menjalani cerita yang dulu pernah kita rasakan.

Kangen Jogja: Lebih dari Sekadar Rindu Tempat

Rindu Jogja bukan sekadar rindu tempat.
Ia adalah rindu pada masa — masa ketika hidup terasa lebih sederhana dan hati lebih ringan. Rindu pada tawa tanpa beban, pada malam yang panjang tapi menyenangkan, pada perjuangan yang kini terasa lucu bila diingat kembali.

Mungkin Jogja sudah berubah. Banyak kafe baru, jalanan lebih padat, dan gedung-gedung tinggi mulai berdiri. Tapi esensi kota ini tetap sama: ramah, tenang, dan selalu punya cara untuk membuat siapa pun merasa pulang. Itulah mengapa banyak orang berkata,

“Sekali ke Jogja, selamanya akan kangen Jogja.”

Penutup

Kangen Jogja bukan sekadar nostalgia — ia adalah pengingat tentang siapa diri kita dulu, dan sejauh apa kita telah melangkah sejak masa itu.
Jogja adalah tempat di mana banyak kisah dimulai: mimpi, cinta, perjuangan, dan persahabatan. Semua tumbuh dan berakar di tanah yang penuh kesahajaan ini.

Dan meski waktu terus berjalan, rindu itu tak pernah pudar.
Sebab Jogja tidak benar-benar pergi. Ia tetap tinggal — di ingatan, di hati, dan di setiap cerita yang kita bagi.

Pada akhirnya, Jogja bukan sekadar kota yang indah, melainkan kumpulan kenangan yang menenangkan hati setiap kali diingat. Di sanalah tawa masa kuliah, persahabatan tulus, dan mimpi-mimpi muda pernah tumbuh bersama waktu. Mungkin kini kita telah jauh melangkah, tapi setiap sudut Jogja seakan menyimpan potongan diri kita yang dulu — sederhana, hangat, dan penuh harapan.

Tag: #KangenJogja #KenanganJogja #JogjaIstimewa #NostalgiaJogja #RinduJogja #KotaPelajar #CeritaJogja #MasaKuliah #AnakRantau #JogjaSelaluDihati #KuliahDiJogja #SuasanaJogja #AngkringanJogja #TuguJogja #Malioboro #KenanganManis #CeritaAnakKos #JogjaKangen #RasaJogja #JogjaBikinRindu

Share this post on:

One Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You cannot copy content of this page